6/7.3. Penyebab
Dan Dampak Kemiskinan
Penyebab
kemiskinan
Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:
1.
penyebab individual, atau patologis,
yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan
dari si miskin. Contoh dari perilaku dan pilihan adalah penggunaan keuangan
tidak mengukur pemasukan. penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan
dengan pendidikan keluarga. Penyebab keluarga juga dapat berupa jumlah anggota
keluarga yang tidak sebanding dengan pemasukan keuangan keluarga.
2.
penyebab sub-budaya (subcultural), yang
menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau
dijalankan dalam lingkungan sekitar. Individu atau keluarga yang mudah tergoda
dengan keadaan tetangga adalah contohnya.
3.
penyebab agensi, yang melihat kemiskinan
sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi.
Contoh dari aksi orang lain lainnya adalah gaji atau honor yang dikendalikan
oleh orang atau pihak lain. Contoh lainnya adalah perbudakan.
4.
penyebab struktural, yang memberikan
alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.
Meskipun
diterima luas bahwa kemiskinan dan pengangguran adalah sebagai akibat dari
kemalasan, namun di Amerika Serikat (negara terkaya per kapita di dunia)
misalnya memiliki jutaan masyarakat yang diistilahkan sebagai pekerja miskin;
yaitu, orang yang tidak sejahtera atau rencana bantuan publik, namun masih
gagal melewati atas garis kemiskinan.
DAMPAK
KEMISKINAN
Dampak
kemiskinan begitu bervariasi karena kondisi dan penyebab yang berbeda
memunculkan akibat yang berbeda juga.
Pengangguran
merupakan dampak dari kemiskinan, berhubung pendidikan dan keterampilan
merupakan hal yang sulit diraih masyarakat, maka masyarakat sulit untuk
berkembang dan mencari pekerjaan yang
layak untuk memenuhi kebutuhan. Dikarenakan sulit untuk bekerja, maka tidak adanya
pendapatan membuat pemenuhan kebutuhan sulit, kekurangan nutrisi dan kesehatan,
dan tak dapat memenuhi kebutuhan penting lainnya.
Misalnya saja
harga beras yang semakin meningkat, orang yang pengangguran sulit untuk membeli
beras, maka mereka makan seadanya. Seorang pengangguran yang tak dapat
memberikan makan kepada anaknya akan menjadi dampak yang buruk bagi masa depan
sehingga akan mendapat kesulitan untuk waktu yang lama.
Kriminalitas
merupakan dampak lain dari kemiskinan. Kesulitan mencari nafkah mengakibatkan
orang lupa diri sehingga mencari jalan cepat tanpa memedulikan halal atau
haramnya uang sebagai alat tukar guna memenuhi kebutuhan. Misalnya saja
perampokan, penodongan, pencurian, penipuan, pembegalan, penjambretan dan masih
banyak lagi contoh kriminalitas yang bersumber dari kemiskinan. Mereka
melakukan itu semua karena kondisi yang sulit mencari penghasilan untuk
keberlangsungan hidup dan lupa akan nilai-nilai yang berhubungan dengan Tuhan.
Di era global dan materialisme seperti sekarang ini tak heran jika kriminalitas
terjadi dimanapun.
Putusnya sekolah
dan kesempatan pendidikan sudah pasti merupakan dampak kemiskinan. Mahalnya
biaya pendidikan menyebabkan rakyat miskin putus sekolah karena tak lagi mampu
membiayai sekolah. Putus sekolah dan hilangnya kesempatan pendidikan akan menjadi
penghambat rakyat miskin dalam menambah keterampilan, menjangkau cita-cita dan
mimpi mereka. Ini menyebabkan kemiskinan yang dalam karena hilangnya kesempatan
untuk bersaing dengan global dan hilangnya kesempatan mendapatkan pekerjaan
yang layak.
Kesehatan sulit
untuk didapatkan karena kurangnya pemenuhan gizi sehari-hari akibat kemiskinan
membuat rakyat miskin sulit menjaga kesehatannya. Belum lagi biaya pengobatan
yang mahal di klinik atau rumah sakit yang tidak dapat dijangkau masyarakat
miskin. Ini menyebabkan gizi buruk atau banyaknya penyakit yang menyebar.
Buruknya generasi penerus adalah dampak yang
berbahaya akibat kemiskinan. Jika anak-anak putus sekolah dan bekerja karena
terpaksa, maka akan ada gangguan pada anak-anak itu sendiri seperti gangguan
pada perkembangan mental, fisik dan cara berfikir mereka.
Contohnya adalah
anak-anak jalanan yang tak mempunyai tempat tinggal, tidur dijalan, tidak
sekolah, mengamen untuk mencari makan dan lain sebagainya. Dampak kemiskinan
pada generasi penerus merupakan dampak yang panjang dan buruk karena anak-anak
seharusnya mendapatkan hak mereka untuk bahagia, mendapat pendidikan, mendapat
nutrisi baik dan lain sebagainya. Ini dapat menyebabkan mereka terjebak dalam
kesulitan hingga dewasa dan berdampak pada generasi penerusnya.
6/7.4.
Pertumbuhan, Kesenjangan Dan Kemiskinan
Data 1970 – 1980
menunjukkan ada korelasi positif antara laju pertumbuhan dan tingkat
kesenjangan ekonomi. Semakin tinggi pertumbuhan PDB/pendapatan perkapita,
semakin besar perbedaan antar kaum miskin dengan kaum kaya.
Bahkan, suatu
studi di Asia Tenggara oleh Ahuja, dkk (1997) menyimpulkan bahwa selama periode
1970an dan 198an ketimpangan distribusi pendapatan mulai menurun dan stabil,
tapi sejak awal 1990an ketimpangan meningkat kembali di LDC’s dan DC’s seperti
Indonesia, Thaliland, Inggris dan Swedia.
Janti (1997)
menyimpulkan semakin besar ketimpangan dalam distribusi pendapatan disebabkan
oleh pergeseran demografi, perubahan pasar buruh, dan perubahan kebijakan
publik. Perubahan pasar buruh ini disebabkan oleh kesenjangan pendapatan dari
kepala keluarga dan semakin besar saham pendapatan istri dalam jumlah
pendapatan keluarga. Hipotesis Kuznetsè ada korelasi positif atau negatif yang
panjang antara tingkat pendapatan per kapita dengan tingkat pemerataan
distribusi pendapatan.
Enieysweetgirl.blogspot.com/
No comments:
Post a Comment